Ada
istilah yang mengatakan bahwa mata adalah jendela dunia, dengan mata kita mampu
melihat keindahan dunia, dengan mata kita mampu melihat segala hal yang terjadi
didunia, lalu bagaimana dengan teman – teman kita yang mengalami gangguan
dengan penglihatan mereka??? Apakah hilang juga harapan mereka menikmati
keindahan dunia???
Mata kita menjalani
serangkaian proses untuk dapat melihat. Proses ini mirip dengan proses yang
terjadi dalam sebuah kamera saat digunakan untuk memotret. Gelombang cahaya
masuk melewati sejumlah lensa kamera yang kemudian memfokuskan gambar yang
kita potret serta memproyeksikannya ke permukaan film. Pada mata kita,
yang berfungsi sebagai film adalah retina. Saat mata kita melihat suatu benda,
mata kita menerima cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Cahaya masuk
melalui lensa mata yang memfokuskan gambar dan memproyeksikannya ke retina yang
terletak di belakang (Gambar 1). Retina merupakan lapisan sel-sel yang sangat
sensitif terhadap cahaya. Bagian retina yang dapat menerima dan meneruskan
detil-detil gambar disebut macula. Macula tersusun dari lapisan-lapisan sel
yang dapat mengubah energi cahaya menjadi impuls elektrokimia. Informasi ini
kemudian dikirim ke syaraf optik yang akan meneruskannya ke otak yang kemudian
memprosesnya sehingga dapat mengenali gambar tersebut. Itulah cara kita melihat
sesuatu.
Sel-sel
yang menyusun retina pada mata kita terdiri dari sel-sel berbentuk batang
(rod), kerucut (cone), dan sel-sel ganglia. Total sel yang berbentuk batang dan
kerucut bisa mencapai jumlah 125 juta sel. Semuanya berfungsi sebagai sensor
cahaya atau photoreceptor. Rasio perbandingan rod dan cone
bisa mencapai 18 banding 1 (rod lebih banyak dari cone). Rod merupakan sel-sel
yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit cahaya (misalnya hanya
ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat mendeteksinya. Sel-sel
ini juga dapat memproduksi gambar hitam-putih tanpa memerlukan banyak cahaya.
Cone baru berfungsi saat ada cukup cahaya, misalnya saat siang hari atau
saat kita sedang menyalakan lampu yang terang di dalam ruangan. Cone
berfungsi untuk memberikan kita detil-detil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi
yang diterima sel-sel rod dan cone ini kemudian dikirimkan ke
sel-sel ganglia (ada sekitar satu juta sel) dalam retina. Ganglia inilah yang
kemudian mengartikan informasi tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan
bantuan syaraf optik.
Gangguan
penglihatan umumnya disebabkan rusaknya fungsi rod dan
cone.Kerusakan ini dapat berakibat buta sebagian sampai buta total. Kerusakan
photoreceptor ini (biasanya keturunan) disebut Retinitis Pigmentosa (RP).
RP dapat terjadi pada usia dini. Gangguan penglihatan lainnya yang juga
sering terjadi adalah menurunnya fungsi macula disebabkan usia tua atau dikenal
sebagai Age-related Macular Degeneration (AMD). Photoreceptor yang
mengalami degenerasi ini adalah retina bagian luar dan retina bagian dalam
pada macula. Setelah diteliti ternyata RD dan AMD sama sekali tidak
menyebabkan kerusakan pada ganglia maupun syaraf optik. Yang terserang hanya
rod dan cone. Ini berarti bahwa jika kita bisa mengembalikan fungsi rod dan
cone (sebagai photoreceptor) para penderita RD dan AMD masih memiliki harapan
untuk bisa melihat kembali. Untuk mengembalikan fungsi rod dan cone ini kita
memerlukan suatu alat tambahan yang bisa mengambil alih kerja rod
dan cone. Ini berarti kita harus mengembangkan rod dan cone sintetik
(buatan manusia) yang dapat dimasukkan ke retina sehingga dapat kembali
mendeteksi cahaya yang masuk. Jika rod dan cone buatan ini berfungsi
dengan baik, sel-sel ganglia yang masih tetap sehat tersebut bisa terus
menjalankan fungsinya bersama syaraf optik untuk meneruskan informasi yang
didapatkan oleh photoreceptor buatan itu ke otak. Penderita RP dan AMD
yang tadinya buta sebagian ataupun buta total bisa mendapatkan penglihatannya
kembali. Padahal RP dan AMD merupakan penyebab utama
kebutaan
di negara-negara berkembang. Sekitar 30 juta penduduk dunia menderita RP dan
AMD. Sampai saat ini belum ditemukan cara untuk menyembuhkan kerusakan sel-sel
photoreceptor pada penderita RP dan AMD ini.
Pada
tahun 1988 Dr. Mark Humayun berhasil mengejutkan dunia saat ia menunjukkan
bahwa seorang yang buta dapat melihat cahaya saat sel-sel ganglia pada
retinanya diberi rangsangan listrik. Ini berarti bahwa sel-sel ganglia
benar-benar masih sehat dan dapat berfungsi dengan normal walaupun
photoreceptor sudah rusak. Jadi walaupun kita masih belum bisa menemukan cara
untuk menyembuhkan kerusakan sel-sel tersebut, kita masih dapat memberikan
harapan bagi para penderita RP dan AMD untuk dapat melihat lagi dengan bantuan
alat buatan yang bisa mengkonversi cahaya menjadi pulsa listrik. Saat ini sudah
ada dua macam alat berupa microchip yang sedang dikembangkan. Yang
pertama adalah Artificial Silicon Retina (ASR), dan yang kedua
adalah Artificial Retina Component Chip (ARCC). ASR merupakan microchip
yang bentuknya seperti koin mungil dengan diameter 2 mm. Microchip yang
terbuat dari silikon ini lebih tipis dari sehelai rambut manusia. Ukuran
mikroskopik ini sangat penting karena chip mungil ini harus bisa
diselipkan pada retina tanpa merusak bagian-bagian lain pada mata.
Ada
dua syarat lain yang juga sangat penting dan harus dipenuhi chip mungil
ini.Yang pertama adalah harus tersedianya sumber tenaga yang kontinu
(terus-menerus) supaya chip dapat terus berfungsi dan mengembalikan
penglihatan. Pada ASR sumber tenaganya berasal dari cahaya (misalnya
cahaya matahari) yang masuk ke mata. Dengan demikian chip ini tidak lagi
membutuhkan peralatan tambahan sebagai sumber energinya. Syarat yang
kedua, chip ini harus cocok dengan jaringan-jaringan lain yang terdapat di
mata (harus bersifat biocompatible) sehingga tidak menyebabkan terjadinya
penolakan yang bisa berakibat fatal.Untuk dapat memasang chip ini para
dokter bedah mata harus membuat sayatan kecil di lapisan retina bagian luar
(Gambar 2) pada daerah macula. ASR kemudian dimasukkan sebagai implant di
sayatan tersebut. ASR mengandung sekitar 3.500 sel mikroskopik yang bisa
berfungsi seperti rod dan cone.
ARCC
merupakan microchip yang juga terbuat dari bahan silikon yang sangat
mirip dengan ASR. Luas permukaan chip ini sekitar 2 mm2, dengan ketebalan
0,02 mm. ARCC mengandung sel-sel photoreceptor yang langsung aktif saat
ada cahaya yang masuk ke mata. Chip ini dipasang sebagai implant
dibagian atas retina (tidak di tengah-tengah lapisan retina seperti ASR).
Kedua alternatif microchip ini sama-sama menjanjikan kembalinya
penglihatan, setidaknya kemampuan untuk melihat hitam dan putih (bukan detil
warna). Chip mana pun yang dipilih oleh penderita yang tadinya sudah
hampir kehilangan penglihatannya pasti dapat membantu mengembalikan harapan
mereka untuk
kembali
melihat dunia.
(Yohanes
Surya)
0 komentar:
Posting Komentar